Pages

Senin, 16 Mei 2016

Bertanya Kapan Punya Anak Itu Menyakitkan..



Dalam menjalani hidup ini memang dipenuhi banyak pertanyaan, dimulai dari pertanyaan kapan nikah?
kapan punya anak? kapan punya anak lagi? kapan punya cucu? kapan kapan lainnya..
Tidak ada yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan itu, hanya saja jika terus diajukan kedengarannya sangat membosankan. Terlebih lagi untuk pertanyaan "kapan punya anak?"..

Perlu kamu ketahui, untuk menjawab pertanyaan kapan nikah saja itu sudah sulit.
Mengapa setelah ia mampu membuktikan dengan sebuah pernikahan.
Pertanyaan itu seakan tidak pernah usai.
Kamu harus tahu, setiap orang yang telah menikah pasti mengharapkan kehadiran buah hati demi kesempurnaan cinta mereka. Tapi akankah semuanya bisa mereka rencakan layaknya sebuah pernikahan??
Tentu saja tidak !
Berusaha keras untuk mendapatkan seorang anak itu menjadi keharusan yang mereka jalani.
Namun ketika belum juga dikaruniai seorang anak, alangkah bijaknya kita tidak perlu bertanya dan bertanya lagi "kapan punya anak?"
Karena kamu tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan, mendapatkan anak itu adalah mutlak kuasa ilahi. Jadi tidak ada yang pernah tahu kapan ia dianugerahi seorang anak.
Sebesar apapun usaha yang telah dilakukan, jika Allah belum meridhoi, sebagai manusia biasa kita hanya bisa ikhlas dan bersabar.

Bertanya kapan punya anak memanglah suatu hal yang wajar, ketika kita berjumpa dengan pasangan yang telah menikah. Namun pertanyaan tersebut bukanlah kalimat basa basi yang dapat kamu jadikan pilihan.
Ajukan pertanyaan lain yang dirasa tidak menyakiti hati.
Perlu kamu sadari, sebagian pasangan yang belum juga dikarunia seorang anak pasca pernikahan mereka.
Terutama dengan usia pernikahan yang sudah cukup lama. Perasaan mereka akan sangat terganggu ketika kamu bertanya seperti itu. Terlebih lagi bagi seorang istri, pertanyaan singkat itu akan membuatnya tidak tidur semalaman memikirkannya.
"kapan punya anak? udah buruan!"
" si kaka kapan punya adik? udahlah jangan kelamaan, kasian si kaka ga ada temennya".

Pertanyaan itu memang tidak pernah bisa diakhiri seiring dengan hidup yang terus kita jalani.
Namun alangkah indahnya jika kita bisa berusaha saling memahami dan memposisikan diri agar lebih bisa menghargai dan saling menjaga hati..^

Selasa, 10 Mei 2016

Pusing Karena Belum Juga Menikah? Lebih Baik Persiapkan 5 Hal Ini Sebelum Menikah




Pernikahan adalah sebuah ibadah yang Allah perintahkan bagi hambanya, begitu pula dengan menikah merupakan tujuan bagi setiap orang. Meskipun menikah terlihat seperti mudah, namun pernikahan sebuah hal yang sangat sulit. Pernikahan harus memerlukan segala macam bentuk persiapan, baik itu secara mental maupun materi. Bagi segelintir orang yang belum memiliki persiapan tersebut, kerap kali membuat kepala pusing memikirkannya.
Terlebih lagi jika usia semakin menjadi pertimbangan yang membebani.

Tapi dibanding kamu harus pusing memikirkan pernikahan yang belum kunjung datang,
lebih baik pikirkan 5 hal ini sebelum kamu memutuskan untuk menikah :

Apakah Kamu Telah Siap Menjadi Suami/Istri?
Mungkin pertanyaan ini menjadi pertanyaan standar sebelum kamu memutuskan untuk menikah,
menjawab dengan kata "siap" juga merupakan suatu hal yang mudah, tapi apa pernah kamu berpikir lebih jauh dengan kata siap itu? apa kamu benar-benar mengerti arti kata siap? jika memang kamu mengerti dengan pertanyaan serta jawaban itu. Kamu memang telah benar-benar siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan. tapi jika kamu meragu, bisa dikatakan kamu ingin menikah hanya seperti melakukan rutinitas biasa. ingin terlihat melakukan sesuatu seperti yang banyak orang lakukan.

Sudahkah Kamu Membahagiakan Orangtua ?
Membahagiakan orangtua memanglah suatu cita-cita bagi setiap anak kepada orangtuanya, tidak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan yang diberikan seorang anak kepada orangtuanya tidak pernah bisa sepenuhnya. karena kasih sayang, cinta dan perjuangan orangtua terhadap anaknya tidak pernah bisa terbalaskan.
Tapi, sebelum kamu memutuskan untuk menikah, sudahkah kamu merasa telah membahagiakan orangtua?
memberikan waktu, kasih sayang, cinta, perjuangan, kerja keras untuk selalu memenuhi keinginan dan harapan beliau? jika dirasa kurang, dibanding kamu pusing memikirkan pernikahan yang masih belum terlihat titik terang, lebih baik puas-puaslah kamu memenuhi segala keinginan beliau sebelum kamu menikah. karena ketika kamu sudah memiliki keluarga, perhatian kamu tidak bisa seutuhnya untuk orangtua. Tidak ada yang salah membalas budi kedua orangtua sebelum kamu mengemban tanggung jawab baru di keluarga baru kamu nanti.

Berperan Sebagai Suami/Istri Tidaklah Mudah
Ketika kamu telah menikah nanti, peran kamu akan berganti sebagai seorang Suami/Istri, yang masing-masing memiliki tanggung jawab serta kewajiban yang berbeda.
Bagi Pria, saat kamu masih sendiri, setiap gaji yang kamu terima mungkin sebagaian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, hobi dan koleksi. Tapi saat kamu sudah berganti peran menjadi seorang suami, kamu harus banyak menyisihkan tabungan untuk kebutuhan anak dan istri. Kamu juga harus sadar bahwa kini kamu tidak sendiri lagi, hingga akhirnya kamu harus mengurangi waktu bersama teman-teman.
Tidak sampai disitu saja, kamu juga telah menjadi pemimpin keluarga. pola pikir kamu juga harus berbeda, pembawaan harus tenang dan tidak emosional. Saat kamu lelah bekerja seharian, biasanya kamu bisa langsung tidur beristirahat, tapi saat kamu telah memiliki anak. anak memiliki hak untuk
meminta waktumu menemaninya hanya sekedar untuk bermain bersamanya..
Bagi Wanita, saat kamu masih sendiri, kamu bebas untuk berbelanja apapun. sekalipun benda-benda yang tidak dibutuhkan. tapi saat kamu sudah berganti peran menjadi seorang istri, kamu diwajibkan mampu mengatur keuangan dengan baik. Kamu juga diharuskan untuk menyiapkan segala kebutuhan anak dan suami. Dari mulai kamu terbangun di pagi hari, saat kamu sendiri kamu hanya perlu menyiapkan kebutuhanmu saja. tapi saat kamu menjadi seorang istri kamu harus menyiapkan kebutuhan suami dan anak hingga malam hari.
~Bukan perihal "mau cari istri atau pembantu?" tapi itulah tanggung jawab seorang istri~
Kamu juga harus sadar bahwa kini kamu telah memiliki seorang suami dan anak, waktu bersama teman-teman sudah otomatis banyak berkurang. Terlalu asik bermain gadget juga harus dikurangi karena jika kamu telalu sibuk dengan gadget, perhatian kamu terhadap suami dan anak pasti akan berkurang.
Kamu juga harus bisa mengkontrol privasi, seperti tidak mengeluh atau curhat di media sosial tentang kehidupan rumah tangga kamu.


Berpisah Dari Orangtua dan Memulai Hidup Baru Bersama Orang Asing
Sejak dari kandungan kita sudah berada dekat dengan orangtua, kemudian lahir dan dibesarkan bersama orangtua. Tetapi saat kita beranjak dewasa, kita memutuskan untuk melanjutkan hidup bersama orang asing yang baru kita temui. Hal tersebut memanglah sebuah jalan hidup yang Tuhan tentukan serta anugerah terindah dari Maha Pencipta.
Namun sudah siapkah kamu? sudah yakin dengan pilihan hatimu?
Biasanya orangtua selalu menerima semua kesalahan serta kekurangan kamu. tapi belum tentu dengan pasanganmu nanti. Kamu harus mulai beradaptasi mengenalkan diri kamu yang seutuhnya, menyelaraskan pola pikir  masing-masing dan mulai memahami serta menerima kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasangan. Hal demikian harus kamu pikirkan karena hal ini menjadi awal dalam pernikahan kalian, setelah kamu mampu melewatinya, semuanya akan berjalan mudah.
Namun jika tidak? hal tersebut menjadi awal kerapuhan hubungan rumah tangga kalian.


Sudah Siap Berbagi Dengan Mertua?
Pernikahan yang sebenarnya bukan tentang dua orang yang menyatu menjadi satu sebagai suami dan istri.
Tetapi pernikahan adalah menyatukan dua keluarga, artinya dengan memberikan kebahagian bagi keduanya.
Bukan hanya untuk orangtua dari suami, bukan juga hanya untuk orangtua dari istri.
Ketika kamu sudah menjadi bagian hidup suami/istrimu, orangtuanya juga merupakan bagian dari hidupmu.
kamu juga wajib bertanggung jawab atas kehidupannya, artinya dengan memenuhi kebutuhan mereka sesuai kemampuan kamu, akan tetapi tidak seadanya. Kamu juga diharuskan bekerja keras untuk tetap memenuhi kebutuhannya. Mertua adalah orangtuamu juga, yang sama-sama akan menjadi berkah ketika kamu membahagiakannya. Sudah siap untuk berbagi dengan mertua tanpa cemburu, adil dan tanpa dibedakan?